AJENG DWI CAHYANDA (10517385) – 4PA09
Artificial Intelligence (AI) itu apa yaa?
ebsedu.org |
Artificial Intelligence
(AI) atau kecerdasan buatan adalah
aktivitas penyediaan mesin seperti komputer dengan kemampuan untuk menampilkan
perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya dengan jika kemampuan tersebut
ditampilkan oleh manusia. (McLeod dan Schell, 2008).
Lalu, apa saja yaa tujuan adanya Artificial Intelligence (AI)?
Tujuan adanya Artificial
Intelligence (AI) menurut Winston dan Prendergast (1984), adalah sebagai
berikut:
1. Membuat
mesin menjadi lebih pintar
2. Memahami
apa itu kecerdasan
3. Membuat
mesin lebih berguna
Selain itu, tujuan adanya
Artificial Intelligence (AI) menurut microdataindonesia.co.id adalah sebagai
berikut:
1. Bisa
membantu pekerjaan manusia
Seperti contohnya
program atau sistem buatan manusia adalah robot yang sudah ada di super market
yang dapat berbicara dan memberikan pelayanan seolah seperti manusia.
2. Membuat
mesin menjadi lebih pintar
Contohnya adalah
komputer yang dulu hanya dapat mengetik saja, namun seiring dengan perkembangan
zaman maka komputer juga dapat dipakai untuk chatting, bermain game dan lain
sebagainya.
3. Membantu
menyelesaikan masalah
Seperti contohnya
komputer mempunyai program kalkulator yang mana didalamnya dapat memecahkan
masalah perhitungan dari hitungan biasa hingga hitungan logika, menjadikan
dalam tahap ini kecerdasan buatan bisa berguna sekali untuk banyak orang.
SISTEM PAKAR DAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE
Sistem pakar (expert
system) adalah program artificial intelligence yang
menggabungkan pangkalan pengetahuan (knowledge base) dengan sistem
inferensi. Ini merupakan bagain software spesialisasi tingkat tinggi yang
berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian.
Eliza, Parry, dan Nettalk
adalah contoh dari chatterbot. Chatterbot
merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk menstimulasi percakapan
intelektual dengan satu atau lebih manusia secara audio maupun teks.
Chatterbot dikategorikan sebagai kecerdasan buatan atau artificial intelligence yang dimanfaatkan untuk tujuan praktis seperti bantuan on-line, layanan personal, atau diskusi informasi dalam hal ini dapat dilihat fungsi program sebagai suatu jenis agen percakapan (conversational agent).
1.
ELIZA
Salah satu program
komputer pertama yang mampu berkomunikasi. ELIZA ditulis oleh Joseph Weizenbaum
(1966). Beberapa revisi atas ELIZA telah dibuat dari konsep aslinya. Pada satu
program yang spesifik, bernama DOCTOR, ELIZA mengambil peran seperti seorang psikiater.
A : Semua pria sama
E : Dalam hal apa
A : Mereka selalu menjadi gangguan bagi kita
dalam berbagai hal
E : Bisakah kamu memberikan contoh
yang lebih spesifik
A : Yeah, pacarku membuatku datang ke sini
E : Pacarmu membuamu datang ke sini
A : Dia bilang aku depresi sepanjang
waktu
E : Aku turut bersedih mendengar kamu
depresi
A : Memang benar, aku tidak bahagia
E : Apakah kamu pikir datang ke sini bisa
menolongmu merasa bahagia
A : Yang pasti aku butuh pertolongan
Percakapan
tersebut mungkin akan dianggap seseorang sebagai percakapan yang timbul dalam
wawancara antara seorang psikiater dan pasiennya. Respons dari komputer
cenderung stereotipe, misalnya dia diprogram untuk merespons beberapa kunci
kalimat dengan respons yang hanyalah merupakan transformasi dari kalimat aslinya.
Seperti ketika “Pasien“ mengatakan kata kunci “I’m“, ELIZA merespons dengan
gaya tutur seperti “Aku turut bersedih mendengar kamu“ jika tidak ada kata
kunci yang ditemukan, komputer akan menjawab dengan ciri-cirinya yang tanpa
isi, atau pada beberapa kasus, berakhir menjadi transformasi yang lebih awal.
2. PARRY
Percakapan seperti apakah
yang mungkin dihasilkan jika perannya dibalik, yaitu jika seorang psikiater
berbicara pada pasien simulasi komputer? Colby, Hilf, Weber dan Kraemer (1972)
mensimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai
subyek karena beberapa teori menyebutkan
bahwa proses dan sistem paranoia memang ada.
Colby dan para rekan-reakn penelitinya
mengarahkan komputer tersebut untuk melakukan tes Turing, dengan meminta
sekelompok psikiater untuk mewawancarai PARRY menggunakan pesan yang
disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk mengukur
kadar paranoid dari keseluruhan respons.
Dr : Apakah ada sesuatu tentang seseorang yang
bisa kau gambarkan?
Pt :
Beberapa orang tertentu
Dr
: Siapakah orang-orang tertentu tersebut dan apa yang mereka lakukan?
Pt :
Tahukan Anda tentang aktifitas bawah tanah?
Dr :
Apa maksud Anda?
Pt :
Haruskan saya jelaskan?
Dr :
Mengapa Anda menayakan tentang dunia bawah tanah?
Pt :
Apa yang Anda ketahui tentang dunia bawah tanah?
Dr
: Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia bawah tanah, tetapi ketika
Anda menyebut tentang hal itu, saya pikir Anda pasti pernah berhubungan
dengan hal itu dan saya ingin tahu lebih banyak tentang dunia bawah
tanah itu.
Pt :
Cobalah untuk menghindari dunia bawah tanah
Colby dan
rekan-rekannya berhasil memprogram komputer yang mampu merespons serupa dengan
respons seorang pasien paranoid, di mana program ini juga lulus tes Turing,
tetapi program ini masih jauh dari konsep model pemahaman lengkap dan produksi
bahasa (dalam Solso, Maclin dan Maclin, 2007).
3.
NETTALK
Program
ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada jaring-jaring neuron, sehingga
dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowski di
sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton. Dalam
program ini, NETtalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras. Model
simulasi jaring neuron terdiri atas beberapa ratus unit “Neuron” dan ribuan
koneksi. NETtalk “Membaca keras-keras” dengan cara mengkonversi tulisan menjadi
fonem-fonem, unit dasar dari suara sebuah bahasa.
Aplikasi yang lebih praktis atas sistem ini cukup terlihat; apa yang mungkin tidak terlalu terlihat, tetapi dalam operasi jangka panjang menjadi terasa lebih penting, sebagai sebuah konsep yang menggrebak model sekarang yang terinspirasi oleh neuron (Solso, Maclin dan Maclin, 2007).
Contoh Penggunaan AI sebagai Expert System untuk Mendukung Pengambilan Keputusan (Diagnosa) di Bidang Psikologi.
Contoh Artificial
Intelligence untuk mendukung diagnosa psikologi yaitu Rancang bangun aplikasi sIstem
pakar untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Kecerdasan buatan
atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang membuat
agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang
dilakukan oleh manusia. Salah satu yang dipelajari pada kecerdasan buatan
adalah teori kepastian dengan menggunakan teori Certainty Factor (CF)
(Kusumadewi, 2003).
Flowchart Halaman LayananGejala Keterbelakangan Mental
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Rohman dan Fauzijah (2008), salah satu implementasi yang
diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar menentukan
jenis gangguan perkembangan pada anak. Anak-anak merupakan fase yang paling
rentan dan sangat perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangannya.
Contoh satu bentuk gangguan perkembangan adalah conduct disorder. Conduct
disorder adalah satu kelainan perilaku dimana anak sulit membedakan benar salah
atau baik dan buruk, sehingga anak merasa tidak bersalah walaupun sudah berbuat
kesalahan. Oleh karena itu dibangun suatu sistem pakar yang dapat membantu para
pakar/psikolog anak untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak
dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF).
Contoh AI lainnya dibidang psikologi yaitu
Persona, merupakan platform tes psikologi berbasis kecerdasan buatan. Dilansir dari liputan6.com. Dalam presentasi di sesi pitch deck, The NextDev 2018 Talent Scouting Semarang, Persona digambarkan sebagai platform digital yang menawarkan layanan tes psikologi untuk kebutuhan korporasi dengan mengunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Persona membantu para psikolog dalam melaksanakan proses assessment karyawan dengan cara yg lebih efisien dan efektif.
Daftar
Pustaka
Colby,
K.M., Hilf, F.D., Weber, S. and Kraemer, H.C. (1972). 'Turing-like
indistinguishability tests for the validation of a computer simulation of
paranoid processes', Artificial Intelligence
3, pp. 199–221.
http://microdataindonesia.co.id/news/read/223/pengertian-artificial-intelegence-tujuan-kelebihan-kekurangannya
(Diakses pada tanggal 2 Desember 2020; pukul 18:45 WIB).
https://www.liputan6.com/tekno/read/3553306/persona-platform-tes-psikologi-berbasis-kecerdasan-buatan
(Diakses pada tanggal 4 Desember 2020; pukul 10:50 WIB)
Kusumadewi,
S. (2003). Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
McLeod,
R. & Schell, George P. (2008). Sistem
Informasi Manajemen, Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Rohman,
F. F., & Fauzijah, A. (2008). Rancang bangun aplikasi sistem pakar untuk
menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Media informatika, 6(1).
Solso,
R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. (2007).
Psikologi Kognitif edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Winston, P. H. &
Prendergast, K. A. (1984). The AI
Business: The Commercial Uses of Artificial Intelligence. Cambridge, MA:
MIT Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar